BUDIDAYA TANAMAN PADI ( Oryza sativa L )

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Dengan klasifikasi ilmiah :
Kerajaan         : Plantae
Divisi               : Angiospermae
Ordo               : Poales
Famili              : Poaceae
Genus              : Oryza
Spesies            : O. sativa
 

Gambar tanaman Padi

Ciri-ciri umum

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae).Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.

SEJARAH TANAMAN PADI

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.

Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.

PENYEBARAN DAN ADAPTASI

Asal -usu padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse . Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika.

Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.

SYARAT TUMBUH

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata – rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 – 2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 – 1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.

GENETIKA DAN PERBAIKAN VARIETAS

Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).

Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp) (Sumber: situs Gramene.org). Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.

Pemuliaan padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur pandanwangi dari Cianjur. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi (lihat bagian Keanekaragaman padi).

Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi ‘IR5’ dan ‘IR8’ (di Indonesia diadaptasi menjadi ‘PB5’ dan ‘PB8’). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu persilangan kemudian dilanjutkan untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini, sayangnya, tidak dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi pengimpor padi terbesar di dunia.

Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit “padi emas” (golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[1]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.

Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.

Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten (provitamin A).

VARIETAS UNGGULAN PADI

VARIETAS PADI
KEUNGGULAN
IR 48
Umur panen 115 hari, produksi 5 – 7,2 ton / ha .
Tahan terhadap wereng coklat tipe 1 dan tipe 2 , tahan terhadap blas daun dan tahan terhadap virus tungro
IR 64
Umur panen 115 hari , produksi 5 ton / ha, rasa nasi enak, tahan wereng coklat tipe 1 dan tipe 2, tahan kerdil rumput
IR 65
Umur panen 110 hari , produksi 4,5 – 5 ton / ha, rasa nasi ketan, tahan wereng coklat tipe 1 dan tipe 2, tahan wereng hijau, dan tahan virus tungro
IR 74
Umur panen 110 – 115 hari , produksi 4,5 – 6 ton / ha, rasa nasi enak, tahan wereng coklat tipe 1 dan tipe 2, tahan bulai, tahan wereng hijau dan tahan terhadap virus tungro
Fatmawati
Umur panen 120 hari , produksi 6 ton / ha, rasa nasi pulen, tahan penyakit bakteri hawar daun tipe 4 dan kadar amilosa 23-25 %
Sintanur
Umur panen 120 hari , produksi sebanyak 6 ton / ha, rasa nasi pulen, tahan terhadap hama wereng coklat tipe 1 dan tipe 2. Jenis sangat seuai utuk sawah irigasi dengan ketinggian < 500 m dari permukaan laut.
Batang Samo ( KL 77 )
Umur panen 98 – 104 hari , potensi produksi 10,5 ton / ha , rasa nasi pera, tahan rebah
Batang Kampar ( KL 76 )
Umur panen 90 – 98 hari , produksi 9,9 ton/ ha Gabah Kering Giling, Rasa nasi pera, tahan rebah, dan tahan rontok.
Hibrindo R-2
Umur panen 115 – 140 hari, produksi 9,24 ton / ha, kandungan amilosa 17,4 – 21,4 %, rasa nasi pulen dan tahan terhadap rebah serta tahan rontok
Tukad Balian
Umur 110 hari, produksi 4,0 – 7 ton / ha , rasa nasi pulen, tahan terhadap virus tungro
Yuwono
Umur panen 110 – 115 hari , produksi 9 ton/ ha , rasa nasi pulen, tahan terhadap hama wereng coklat tipe 1 dan tipe 2; sedikit tahan terhadap wereng coklat tipe 3
Rojolele
Umur panen 115 hari, produksi 4,2 ton / ha, rasa nasi pulen, wangi, dan kandungan amilosa 21 % dan tahan rontok
Winongo
Umur panen 115 – 120 hari, produksi 5- 9 ton / ha, rasa nasi enak dan sangat pulen, kandungan amilosa 19- 20 %; tahan terhadap wereng coklat tipe 1 dan 2, tahan bakteri hawar daun tipe 4
Citarum
Umur 130 hari , produksi 4- 4,5 ton/ ha, rasa nasi enak, tahan wereng coklat tipe 1 , tahan terhadap kerdil rumput serta tahan terhadap tungro
Cisadane
Umur panen …… , produksi 4- 5,5 ton / ha, rasa nasi enak, tahan wereng coklat tipe 1 dan 2 serta tahan terhadap wereng hijau.
Cisantana
Umur panen 118 hari, produksi 5,8 ton / ha ( 5-7 ton / ha Gabah kering giling ), rasa nasi pulen, tahan rebah, serta sangat baik pada ketinggian < 500 m dpl serta daerah sawah irigasi
Inpari – 1 *
Produksi 10 ton / ha , genjah, tahan bakteri hawar daun dan kualitas mutu baik
Inpari-2 *
Produksi 7,3 ton / ha, tahan wereng coklat dan tahan bakteri hawar daun
Inpari 3*
Produksi 7,5 ton / ha, tahan wereng coklat, tahan bakteri hawar daun, dan bermutu baik
Inpari – 4 *
Produksi 8,8 ton / ha , tahan terhadap wereng coklat, tahan bakteri hawar daun
Inpara-1 *
Produksi 6,2 ton / ha, jenis padi rawa, toleran terhadap kandungan logam Al dan Fe
Inpara-2 *
Produksi 6,4 ton / ha, jenis padi rawa ,toleran terhadap logam Al, dan Fe
Inpara-3 *
Produksi 5,6 ton / ha , tahan rendaman
Bestari ( Benih Super Batan RI ) **
Produksi mencapai 11 ton / ha, tahan hama wereng cokelat biotipe 1 dan 2, termasuk biotipe 3, serta tahan penyakit hawar daun strain III, dan strain IV, dan cocok untuk daerah 0 – 700 m dpl.
Atomita-1 **
Menghasilkan 4,5 – 5,0 ton per hektare gabah kering giling
Antomita 2, 3, 4 **
Tingkat produksi yang semakin meningkat hingga 7 ton per hektare gabah kering giling
Bestari
Produksi bisa 11 ton / ha
Padi gogo Situgunting **
Produksi 9 ton / ha
Cilosari, Merauke, Woyla, Kahayan, Mayang, serta Mira-1
( ** )
produksi 5 ton / ha

* Varietas padi unggulan baru yang dilepas Presiden RI tahun 2008
** Hasil riles varietas unggulan BATAN

BERCOCOK TANAM PADI
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.
PADI SAWAH
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi
1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.

a. Penggunaan benih
· Bersertifikat
· Benih unggul
· Kebutuhan benih 25-30 kg / ha

b. Persiapan lahan untuk persemaian
· Tanah harus subur
· Cahaya matahari
· Pengairan
· Pengawasan

c. Pengolahan tanah calon persemaian
· Persemaian kering
· Persemaian basah
· Persemaian sistem dapog
· Persemaian Kering

Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu:
a. Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
b. Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
c. Selanjutnya tanah digaru
Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :

a. Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
b. Lebar bedengan : 100 -150 cm
c. Tinggi bedengan : 20 -30 cm

Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
a. Penaburan benih dan pencabutan bibit
b. Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
· Penyiangan
· Pengairan
· Pemupukan
· Pemberantasan hama dan penyakit

Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.

PERSEMAIAN BASAH

Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air:

a. Air akan melunakan tanah
b. Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
c. Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga perusak bibit

Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.

SISTEM DAPOG

Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.

Cara penyemaian dengan sistem dapog :

a. Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
b. Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
c. Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
d. Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
e. Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
f. Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah

PENABURAN BENIH

Perlakuan sebagai upaya persiapan, Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
a. Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang agar terjadi proses tisiologis
b. Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis

Lama perendaman benih

a. Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )
b. Lamanya pemeraman
c. Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.

Pelaksanaan menebar benih

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah :

a. Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
b. Benih tersebar rata
c. Kerapatan benih harus sama

Pemeliharaan persemaian

a. Pengairan

· Pada pesemaian secara kering

Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan secara basah.

· Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
o Bedengan digenangi air selama 24 jam
o Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak ( nyemek-nyemek ), kemudian benih mulai bisa disebar
o Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar:
o Benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
o Benih tidak busuk akibat genagan air
o Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat

b. Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.

PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :a. Pembersihan
b. Pencangkulan
c. Pembajakan
d. Penggaruan

Pembersihan
o Selokan-selokan perlu dibersihkan
o Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
o Pencangkulano Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak

Membajak
o Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
o Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga akhirnya membusuk
o Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam tanah

Menggaru
o Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
o Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah
o Penanaman menjadi mudah
o Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar
o Permukaan tanah menjadi rata
o Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput akan terbenam
o Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan
o Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam

PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
a. Persiapan lahan
b. Umur bibit
c. Tahap penanaman

Persiapan lahan
o Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.

Umur bibit
o Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bib it terse but segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit

Tahap penanaman
o Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
§ Memindahkan bibit
§ Menanam

Memindahkan bibit
o Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan.

Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :
o Bibit telah berumur 17 -25 hari
o Bibit berdaun 5 -7 helai
o Batang bagian bawah besar, dan kuat
o Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
o Bibit tidak terserang hama dan penyakit
o Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang mempunyai anakan.

Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sistem larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang
e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam

Sistim larikan ( cara tanam )
o Akan kelihatan rapi
o Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
o Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik dan cepat
o Dan perlakuan-perlakuan lainnya
o Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa diketahui dengan mudah

Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi, tergantung pada :

o Jenis tanaman
o Kesuburan tanah
o Ketinggian tempat / musim

Jenis tanaman
o Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

Kesuburan tanah
o Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.

Ketinggian tempat.
o Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.

Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :
o Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
o Hubungan tanaman empat persegi panjang.
o Hubungan tanaman 2 baris.

Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang
o Bibit tanaman yang baik sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2-3 batang
o Kedalaman penanaman bibit
o Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3-4 cm.

Cara menanam
o Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah / menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.

PEMELIHARAAN
Meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan
c. Pemupukan

Penyulaman dan penyiangan
Yang harns diperhatikan dalam penyulaman :
o Bibit yang digunakan harus jenis yang sama
o Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu
o Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam
o Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan

Pengairan

Pengairan disawah dapat dibedakan :
o Pengairan secara terus-menerus
o Pengairan secara piriodik

Pemupukan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :
o Pupuk alam ( organik )
o Pupuk buatan ( an organik )

Dosis pupuk yang digunakan :
o Pupuk Urea 250 -300 kg / ha
o Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha
o Pupuk KCI 50 -100 kg / ha

Pemupukan disarankan dengan menggunakan pukuk organik, tetapi perlu di pertimbangkan dengan menggunakan pupuk organik buatan sendiri akan menambah biaya produksi mengingat jumlah pupuk yang semakin banyak maka ada tambahan ongkos tenaga dan ongkos pengangkutan jika lokasi pembuatakan kompos jauh dari lahan. Untuk analisa ekonomi jangka pendek tidak dianjurkan menggunakan pupuk organik, tetapi jika berorientasi jangka panjang maka dianjurkan menggunakan pupuk organik karena pupuk organik dapat mengembalikan kondisi tanah ke dalam keadaan ideal.

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI
Hama-hama penting

Penggerek batang padi putih (“sundep”, Scirpophaga innotata)
Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
Lembing hijau (Nezara viridula)
Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Lalat bibit (Arterigona exigua)
Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
Tikus sawah (Rattus argentiventer)

Penyakit-penyakit penting

blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
hawar daun bakteri (“kresek”, Xanthomonas oryzae pv. oryzae)


REFERENSI BUDIDAYA PADI
1. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713 Telp. 0274-367541
( http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=34 )
2. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi.html
3. http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=34
4. http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=60
5. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi.html
6. http://budidayatanamanpadi.com/budidaya.php
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi
8. http://amiere.multiply.com/journal/item/27/BUDIDAYA_PADI
9. http://www.kamusilmiah.com/teknologi/teknologi-pencetakan-sawah-lebak-dan-budidaya-tanaman-padi/
10. http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=775&Itemid=2
11. http://www.zefagi.co.cc/2009/03/budidaya-padi-inbrida.html
12. http://ngraho.wordpress.com/2007/12/15/menanam-padi/

Tinggalkan komentar